Selasa, 06 Maret 2018


LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture)




Hasil gambar untuk leisa pertanian






Usaha pertanian pada saat ini telah banyak menggunakan input bahan sintetik, baik pupuk maupun pestisida organik. Salah satu alternatif usaha pertanian yang ramah lingkungan adalah Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA). LEISA merupakan suatu acuan pertanian untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lokal dengan kombinasi komponen usaha tani yang sinergistik serta pemanfaatan input luar sebagai pelengkap untuk meningkatkan efektivitas sumberdaya dan meminimalkan kerusakan lingkungan (Asandhi dll., 2005).

LEISA (low-external-input and sustainable agriculture) adalah pertanian yang mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia setempat / lokal, layak secara ekonomis, mantap secara ekologis, sesuai dengan budaya, adil secara sosial, dan input luar hanya sebagai pelengkap (Reijntjes et al. 1999).

Menurut Salikin (2003), bahwa sistem pertanian berkelanjutan dapat dilaksanakan menggunakan berbagai model antara lain sistem pertanian organik, integrated farming, pengendalian hama terpadu, dan LEISA (Low External Input Sustainable Agriculture). Sistem pertanian organik merupakan sistem produksi pertanian yang menjadikan bahan organik sebagai faktor utama dalam proses produksi usahatani.

LEISA merupakan cara pandang baru dalam pertanian yang tidak lepas dari prinsip- prinsip yang mendasarinya yang mencakup prinsip ekologi, sosioekonomi, budaya dan politik (Reijintjes 1992). Prinsip ekologi yang menjadi dasar dalam sistem LEISA yaitu mengamankan kondisi tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman dengan cara pengelolaan bahan organik, pengoptimuman kesediaan hara, penyeimbangan arus hara, meminimumkan kehilangan hara dan mengeksploitasi penggunaan sumber daya genetik secara komplementer dan sinergis (Cao and Min 1995).

Low External Input Sustainable Agriculture lebih menekankan efisiensi penggunaan faktor produksi yang ada untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan. Adapun lima prinsip dari pertanian berkelanjutan yaitu kemantapan secara ekologis, keberlanjutan secara ekonomis, adil, manusiawi, dan luwes (Reintjes, 1999).

Beberapa prinsip ekologi mendasar dapat dijadikan sebagai acuan di dalam proses pengembangan sistim LEISA. Prinsip-prinsip ekologi dasar pada LEISA dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1)      Menjamin kondisi tanah yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman (dengan mengelola bahan organik dan kehidupan dalam tanah).

2)      Mengoptimalkan ketersediaan unsur hara dan menyeimbangkan arus unsur hara (pengikatan nitrogen daur ulang dan pemanfaatan pupuk luar).

3)      Mengelola iklim mikro, air, dan pengendalian erosi.

4)      Meminimalkan serangan hama dan penyaki melalui cara yang aman.



5)      Melengkapi dan memadukan penggunaan sumber daya genetik yang mencakup penggabungan dalam sistim pertanian terpadu dengan tingkat keanekaragaman fungsional yang tinggi.





Sumber :





HEIA (High External Input Agricultural)

Banyak sistem pertanian tradisional yang berlangsung dan bertahan selama berabad-abad dalam hal kemampuannya untuk mempertahankan tingkat produksi stabil dan terus-menerus. Adanya pengenalan berupa pendidikan dan teknologi asing di bidang pertanian selama masa penjajahan menyebabkan sistem tersebut terpaksa berubah dengan begitu cepat. Banyak masyarakat petani yang mengalami disintegrasi karena kurangnya kemampuan lokal untuk mengendalikan perubahan tersebut menyebabkan degradasi lingkungan yang semakin parah.

Respon terhadap pengaruh asing dan kebutuhan serta aspirasi yang semakin besar dari penduduk yang jumlahnya semakin meningkat, sistem pertanian di daerah tropis cenderung berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem yaitu penggunaan input luar secara besar-besaran dan pemanfaatan sumber daya lokal yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input luar hingga menyebabkan degradasi sumber daya alam.

High External Input Agriculture (HEIA) sangat tergantung pada input kimia buatan (pupuk dan pestisida), benih hibrida, mekanisasi yang berbahan bakar minyak. Sistem pertanian ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal besar. HEIA hanya dimungkinkan di daerah yang kondisi ekologinya relatif seragam dan dengan mudah dikendalikan (misalnya daerah irigasi) dan daerah yang pelayanan penyaluran, penyuluhan, dan pemasaran serta transportasinya baik. HEIA tampak menarik dengan pengembangan varietas baru, seperti padi, jagung, dan gandum serta tanaman komersil lainnya.

 Pemanfaatan input buatan yang berlebihan dan tidak seimbang dalam sistem HEIA bisa menimbulkan dampak besar terhadap situasi ekologi, ekonomi, dan sosiopolitik. Praktek HEIA di beberapa daerah dengan bendera “revolusi hijau” menyebabkan daerah tersebut menjadi sangat tergantung pada impor peralatan, benih, serta input lainnya. Peningkatan harga pupuk kimia dan bahan bakar minyak dan penurunan harga produk pertanian di pasar internasional akibat produksi biji-bijian di dunia berlebihan menyebabkan harga lebih tinggi di konsumen sedangkan harga lebih rendah terjadi di tingkat produsen. Yang paling diuntungkan dalam kasus ini adalah para supplier pupuk buatan dan bakar minyak. Selain itu ketergantungan yang semakin  meningkat terhadap pupuk buatan dan pestisida telah mencemari sungai dan air tanah pada tingkat yang membahayakan manusia.

Pada pertanian konvensional ini penggunaan input luar tinggi (HEIA) seperti pemakaian pestisida dan pupuk telah banyak menimbulkan kerusakan, baik terhadap struktur tanah, kejenuhan tanah, terhadap air, terhadap tanaman terhadap hewan, dan terhadap manusia (Departemen Pertanian, 2004). Pada awal penerapan pertanian konvensional, memang meningkatkan keuntungan petani. Sebagai contoh Indonesia pernah mengalami swasembada pangan. Namun dari tahun ke tahun petani merasa tanah mulai rusak, dilihat dari penggunaan pupuk yang semakin meningkat dan juga hama dan penyakit tanaman menjadi tidak terkendali.

Kerusakan tanah pada lahan pertanian konvensional tentu saja mempengaruhi kehidupan organisme yang hidup di tanah. Tanah merupakan habitat yang komplek untuk organisme. Diversitas organisme tanah membentuk rantai makanan (soil food web). Rantai makanan menunjukkan berbagai konversi energy dan hara karena satu organisme memakan organisme yang lainnya. Organisme tersebut makan, tumbuh dan bergerak di dalam tanah. ( Handayanto, 2009). Setiap organisme memiliki ciri yang spesifik, baik cara mencari makan, bahan makanannya, maupun zat yang dikeluarkannya. Aktifitas-aktifitas dari organisme inilah yang dapat memberi pengaruh baik positif maupun negatif bagi pertumbuhan tanaman. Begitu pula terhadap kapang yang menempati daerah perakaran pada tanaman tomat. Dalam pertanian konvensional, penggunaan pestisida khususnya disini fungisida diberikan secara teratur terhadap tanah maupun tanaman.







Sumber :

http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Faktor_Exacta/article/viewFile/303/289

LEISA (Low External Input and Sustainable Agriculture) Usaha pertanian pada saat ini telah banyak menggunakan input bahan ...