HEIA (High External Input
Agricultural)
Banyak sistem pertanian tradisional yang berlangsung dan bertahan selama
berabad-abad dalam hal kemampuannya untuk mempertahankan tingkat produksi
stabil dan terus-menerus. Adanya pengenalan berupa pendidikan dan teknologi
asing di bidang pertanian selama masa penjajahan menyebabkan sistem tersebut
terpaksa berubah dengan begitu cepat. Banyak masyarakat petani yang mengalami
disintegrasi karena kurangnya kemampuan lokal untuk mengendalikan perubahan
tersebut menyebabkan degradasi lingkungan yang semakin parah.
Respon terhadap pengaruh asing dan kebutuhan serta aspirasi yang semakin
besar dari penduduk yang jumlahnya semakin meningkat, sistem pertanian di
daerah tropis cenderung berubah ke salah satu dari dua keadaan ekstrem yaitu
penggunaan input luar secara besar-besaran dan pemanfaatan sumber daya lokal
yang semakin intensif dengan sedikit atau sama sekali tidak menggunakan input
luar hingga menyebabkan degradasi sumber daya alam.
High External Input Agriculture (HEIA) sangat tergantung pada input kimia
buatan (pupuk dan pestisida), benih hibrida, mekanisasi yang berbahan bakar
minyak. Sistem pertanian ini berorientasi pasar dan membutuhkan modal besar.
HEIA hanya dimungkinkan di daerah yang kondisi ekologinya relatif seragam dan
dengan mudah dikendalikan (misalnya daerah irigasi) dan daerah yang pelayanan
penyaluran, penyuluhan, dan pemasaran serta transportasinya baik. HEIA tampak
menarik dengan pengembangan varietas baru, seperti padi, jagung, dan gandum
serta tanaman komersil lainnya.
Pemanfaatan input buatan yang
berlebihan dan tidak seimbang dalam sistem HEIA bisa menimbulkan dampak besar
terhadap situasi ekologi, ekonomi, dan sosiopolitik. Praktek HEIA di beberapa
daerah dengan bendera “revolusi hijau” menyebabkan daerah tersebut menjadi sangat
tergantung pada impor peralatan, benih, serta input lainnya. Peningkatan harga
pupuk kimia dan bahan bakar minyak dan penurunan harga produk pertanian di
pasar internasional akibat produksi biji-bijian di dunia berlebihan menyebabkan
harga lebih tinggi di konsumen sedangkan harga lebih rendah terjadi di tingkat
produsen. Yang paling diuntungkan dalam kasus ini adalah para supplier pupuk
buatan dan bakar minyak. Selain itu ketergantungan yang semakin meningkat terhadap pupuk buatan dan pestisida
telah mencemari sungai dan air tanah pada tingkat yang membahayakan manusia.
Pada pertanian konvensional ini penggunaan input luar tinggi (HEIA) seperti
pemakaian pestisida dan pupuk telah banyak menimbulkan kerusakan, baik terhadap
struktur tanah, kejenuhan tanah, terhadap air, terhadap tanaman terhadap hewan,
dan terhadap manusia (Departemen Pertanian, 2004). Pada awal penerapan
pertanian konvensional, memang meningkatkan keuntungan petani. Sebagai contoh
Indonesia pernah mengalami swasembada pangan. Namun dari tahun ke tahun petani
merasa tanah mulai rusak, dilihat dari penggunaan pupuk yang semakin meningkat
dan juga hama dan penyakit tanaman menjadi tidak terkendali.
Kerusakan tanah pada lahan pertanian konvensional tentu saja mempengaruhi
kehidupan organisme yang hidup di tanah. Tanah merupakan habitat yang komplek
untuk organisme. Diversitas organisme tanah membentuk rantai makanan (soil food
web). Rantai makanan menunjukkan berbagai konversi energy dan hara karena satu
organisme memakan organisme yang lainnya. Organisme tersebut makan, tumbuh dan
bergerak di dalam tanah. ( Handayanto, 2009). Setiap organisme memiliki ciri
yang spesifik, baik cara mencari makan, bahan makanannya, maupun zat yang
dikeluarkannya. Aktifitas-aktifitas dari organisme inilah yang dapat memberi
pengaruh baik positif maupun negatif bagi pertumbuhan tanaman. Begitu pula
terhadap kapang yang menempati daerah perakaran pada tanaman tomat. Dalam
pertanian konvensional, penggunaan pestisida khususnya disini fungisida
diberikan secara teratur terhadap tanah maupun tanaman.
Sumber :
http://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Faktor_Exacta/article/viewFile/303/289
Tidak ada komentar:
Posting Komentar